Rabu, 21 September 2011

Tren Unik Jilbab Seksi


Rabu, 21 September 2011
                Hari ini daftar kelas yang harus dijalani sebatas sampai jam 15.00WIB. Karena tidak ada keperluan lain, saya bergegas pulang untuk mengajari matematika adik saya yang bloon. Sudah sejak seminggu kemarin rutinitas mengajar itu saya lakoni. Dan kelihatannya saya bakal menderita hipertensi beberapa waktu kedepan gara-gara otak adik saya yang super lemot.
                Sepanjang perjalanan pulang dari kampus saya menyempatkan tengok kanan-kiri. Tidak di jalan, di halte bus, bahkan di warung masakan padang tempat saya singgah sebentar untuk mengisi perut kelihatannya model celana jins ketat makin digandrungi pemudi muslim sekarang. Hanya saja yang mengganggu pandangan saya, kenapa mereka kolaborasikan dengan jilbab? Kok tidak pakai tank top sekalian.
                Sebenarnya di kampus tadi pun ada juga mahasiswi yang style nya sama, cuman lebih kelihatannya borjuis saja pemilihan pakaiannya. Yah maklum saja Fakultas Hukum UGM agaknya dipenuhi oleh kalangan mahasiswa-siswi ekonomi kelas menengah ke atas. Mahasiswa dengan kelas ekonomi bawah seperti saya cuman bisa sebagai pengamat saja. Kalau ada mahasiswi tampil "wah" saya juga turut senang dan memperhatikan, lumayan buat cuci mata sembari memikirkan materi kuliah. Apalagi kalau celana jins diganti dengan kombinasi legging dan kaos ketat, rasa kantuk berat bisa tiba-tiba hilang.
                Bukan hanya saya saja yang berkomentar perihal  fenomena ini. Satu di antara individu yang sepaham yaitu Ustadz Iip Wijayanto, salah satu tokoh inspiratif bagi saya. Beliau dengan terang-terangan mengkritik tren eksis muslimah muda di atas. Yang saya dengar di radio beliau mengkritik salah satu universitas swasta di Yogyakarta yang menggunakan label universitas berbasis Islam terkait style mahasiswinya yang dia rasa jilbab tampil hot. Saya sempat terbahak-bahak mendengarnya karena beberapa rekan seperjuangan membolos sewaktu Sekolah Menengah Atas ada yang melanjutkan studi di universitas itu. Tapi menurut saya Ustadz Iip mengkritisasi tren itu secara global, memperingatkan kepada seluruh muslimah di Indonesia. Buktinya dia mau mengeluarkan statement tegas di radio yang konteksnya umum didengar khalayak Yogya. Dan perihal menggunakan contoh universitas tersebut saya kira hanya sebagai penggugah agar aspirasi sang ustadz dapat lebih masuk ke renungan para pendengar.
                Walaupun kadang saya “suka” dengan mode itu tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati ini. Sepertinya agama saya kok dilecehkan, kalau mau berbusana minimalis dan memperlihatkan lekuk tubuh tersebut sebaiknya segera menanggalkan jilbabnya saja. Jilbab bagi saya adalah simbol kesucian seorang muslimah untuk salah satunya secara tegas menutupi aurat tubuhnya dan menjauhkan diri dari perzinahan segala bentuk dan rupa. Kalau memakai jilbab ya berbusana seharusnya muslimah berjilbab, seperti para muslimah berjilbab di film/sinetron Ketika Cinta Bertasbih, jilbabnya panjang dan lebar disertai busana yang tidak “sempit”. Aura kecantikannya tetap terpancar, subhanallah. Berbeda sekali dengan beberapa muslimah bertren unik di atas yang memakai jilbab dengan busana ketat. Parah lagi bila pada posisi duduk kelihatan bagian belakang yang mohon maaf seperti celengan itu, bikin gak konsentrasi saja laki-laki yang duduk di belakangnya. Walaupun alasannya bahwa memang anggota tubuh tertutupi dalam posisi berdiri, tapi kalau memperlihatkan lekuk tubuh dan mengundang hawa nafsu ya sama saja bohong.
                Kata “munafik” mungkin terlalu kejam untuk diutarakan di tulisan ringan seperti ini. Tetapi saya yakin hampir semua manusia memiliki kemunafikan masing-masing termasuk saya. Saya bukanlah orang yang alim maupun orang berilmu keagamaan tinggi. Saya tidak luput dari godaan hawa nafsu. Saya tidak melarang bagi beberapa muslimah di atas untuk meninggalkan tren mereka. Di sini saya cuman ingin memberikan pesan kepada para muslimah yang berjilbab untuk benar-benar berkomitmen pada langkah mereka itu, sesuai dengan ajaran agama Islam. Saya akan lebih menghormati pada muslimah yang mampu menempatkan diri mereka sesuai dengan kapasitas dan ajaran agamanya. Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca, apabila ada hal yang kurang berkesan saya mohon maaf.

Yusuf Aditya Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar